Lembaga Pemberdayaan dan
Pengembangan Masyarakat Sipil
(ELPPAMAS)
Sekretariat: Jl. A. Yani, No. 22, Selayang
Baru, Selesai, Kabupaten Langkat
Press Release tentang Kenaikan BBM
Langkat: Direktur Eksekutif LSM Elppamas, Drs. Jamalludin Sitepu,
M.A. menyatakan mendukung gerakan mahasiswa nasional yang menolak kenaikan
harga BBM yang semakin marak akhir-akhir ini, termasuk yang dikordinir oleh
Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurut Jamalludin Sitepu,
kehidupan masyarakat sekarang pada umumnya sudah susah. Susah
dalam artian terjadi penurunan standard kehidupan dari yang sebelumnya. “Dalam
bahasa sehari-hari, kata Jamalludin Sitepu, mencari uang susah tapi
menghabiskannya sangat cepat walaupun hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokok atau primer.”
Pemerintahan SBY-Boediono, lanjut Jamalludin Sitepu,
boleh saja mendalilkan kenaikan harga minyak dunia yang mencapai lebih dari 100
dolar AS per barrel sebagai biang keladi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) di Indonesia. Itu bisa jadi memang benar karena harga BBM di bagian dunia
lain juga naik.
Tetapi menurut Jamalludin Sitepu, protes mahasiswa itu
bukan hanya sekedar menanggapi kenaikan harga BBM. Para
mahasiswa pasti mengetahui alasan yang benar dan logis tentang kenaikan harga
BBM itu. Kenaikan harga BBM hanyalah
sebuah puncak gunung es permasalahan-permasalahan selama ini. Kenaikan harga
BBM dapat juga diartikan sebagai sebuah pemicu.
Mahasiswa protes karena kondisi ekonomi, sosial,
politik, budaya, dan keamanan negeri ini di era SBY jilid II ini sudah
sedemikian bobrok. Para anggota DPR
mempertotonkan kemewahan di tengah kehidupan masyarakat yang pas-pasan ataupun
kembang-kempis. “Menjijikan melihat beberapa anggota DPR dengan bangga
memamerkan jam tangan mereka yang katanya merek Rolex seharga puluhan juta
rupiah. Ruhut Sitompul, anggota DPR dari Partai Demokrat, dengan bangga memamerkan jam tangannya yang
seharga Rp. 75 juta. Atau Anis Matta, anggota DPR dari Partai Keadilan
Sejahtera, yang menyebut jam tangannya seharga Rp. 40 jtua sebagai sebuah gaya
hidup anggota DPR.”, kecam Jamalludin Sitepu
Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat juga mulai
mengkhawatirkan. Premanisme sudah mulai lagi menunjukkan taringnya, baik yang
preman-preman yang berseragam mapun preman-preman kelompok lepas. Aparat
kepolisian seperti tak berani memberantas para preman ini. Bukan apa-apa, kata
Jamalludin Sitepu, para preman sekarang ini sudah pandai berkamuflase sebagai pengusaha dan politisi.
Sementara itu Tentara Nasional Indonesia(TNI), sesuai dengan amanat
Undang-Undang hanya bertugas mengamankan Negara dari dari ancaman asing dan
separatisme.
Masalah lain adalah peredaran narkoba yang sudah
mencapai pedesaan dan anak-anak di usia sekolah. Pemerintah SBY-Boediono
seperti tak berkutik menghadapi para mafia narkoba ini yang bahkan sampai
mengatur peredaran narkoba dari penjara. Sementara itu aparat-aparat penegak
hukum, seperti aparat-aparat kepolisian sendiri banyak yang terlibat narkoba.
Di Sumatera Utara sendiri, seorang Wakil Direktur Nakoba Polda Sumut, AKBP
Afriyanto Basuki, terlibat narkoba. Sungguh memalukan.
Pemberantasan korupsi, isu yang digembar-gemborkan
pemerintahan SBY-Boedionio sebagai ikon keberhasilan, sepertinya terkena
penyakit” tebang pilih”. Lagi, KPK dipandang tak sanggup menangani kasus-kasus
korupsi yang telah demikian menggurita.
Untuk itu Jamalludin Sitepu mengingatkan pemerintahan
SBY-Boediono untuk tidak memandang sepele arti demo-demo mahasiswa akhir-akhir
ini. Demo-demo itu berfungsi sebagai alarm bagi pemerintahan SBY-Boediono bahwa
ada masalah atau kerusakan besar dalam sistem pemerintahan mereka. Kerusakan
besar harus cepat direparasi. Sebab jika tidak, mahasiswa kembali akan
melengserkan SBY-Boediono, sama seperti tahun 1998 ketika mereka melengserkan
Soeharto.
Hormat saya,
(Drs. Jamalludin Sitepu, M.A.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar